Berikut ini adalah parafrasa puisi Tanah Kelahiran.
Tanah KelahiranSeruling di pasir Ipis,
merdu antara gundukan pohon pina
tembang menggema di dua kaki
Burangrang-Tangkubanperahu
Jamrut di pucuk-pucuk
Jamrut di air tipis menurun
Membelit tangga di tanah merah
dikenal gadi-gadis dari bukit
Mereka menyanyikan kentang sudah di gali
kenakan kebaya merah ke pewayangan
Jamrut di pucuk-pucuk
jamrut di hati gadis menurun
Berikut parafrasa dari puisi di atas.
Tanah Kelahiran(Ada suara) seruling di bukit Ipis, (terdengar) merdu (di) antara gundukan pohon pina. Tembang (nyanyian) pun menggema (di antara) dua kaki (gunung) Burangrang (dan gunung) Tangkubanperahu.
(Tampak) jamrut (butiran butiran embun yang memantulkan sinar matahari pagi) di pucuk-pucuk pohon (dan) jamrut (itu tampak sama dengan tetesan-tetesan) air yang menurun (perlahan).
(Juga tampak) membelit tangga (jalan setapak berliku turun naik yang melingkar di bukit) di tanah merah (tanah gunung yang amat subur) yang sudah di kenal oleh para gadis dusun (gunung).
Mereka (para gadis), (me)nyanyikan lagu (bahwa) kentang sudah digali (memanen hail sawah ladang sampai panen terakhir). (Mereka penduduk, emngadakan pesta ucapan terima kasih dan para remaja, orang muda), (me)ngatakan (pakaian baru yang umumnya berwarna mencolok untuk pergi) kepewayangan (pesta/keramaian)
bagus nih.. :)
BalasHapusya makasih
Hapusterimakasih :)
BalasHapuskeren puisinya
BalasHapuskeren
BalasHapus